Sunday, July 2, 2023

Kenalan dengan Bahan Insulasi berdasarkan A dan B Class !

Hallo Kawanlaut !sekarang kita kenalan yuk, dengan apa itu Bahan Insulasi?

Insulasi Kelas A terdiri dari bahan seperti kapas, sutra, dan kertas bila diresapi atau dilapisi dengan sesuai atau bila direndam dalam cairan dielektrik seperti minyak. Bahan atau kombinasi bahan lain dapat dimasukkan dalam kelas ini jika berdasarkan pengalaman atau pengujian bahan tersebut dapat ditunjukkan mampu beroperasi pada suhu Kelas A.

Bahan isolasi kelas-A dapat menahan suhu hingga 105°C. Insulasi kelas-A digunakan pada trafo berisi minyak. Contoh bahan isolasi kelas-A adalah kapas yang diresapi, kertas, minyak, enamel, kayu laminasi, dll.

Gambar 1. Natural Fiber

  • Isolasi kapas terdiri dari 85% kapas daur ulang, dan 15% serat plastik yang diperlakukan dengan borat: zat penghambat api yang sama digunakan dalam isolasi selulosa untuk mencegah serangan serangga / tikus.
  • Salah satu jenis produk, misalnya, adalah limbah hasil potongan dari pembuatan celana jeans biru. Karena kandungan daur ulangnya, isolasi kapas membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi.
  • Isolasi ini tersedia dalam bentuk batts dengan R-value sebesar 3,4 per inci. Isolasi kapas juga tidak beracun, dan dapat dipasang tanpa perlindungan pernapasan atau eksposur kulit.
  • Namun, isolasi kapas lebih mahal sekitar 15% hingga 20% dibandingkan dengan isolasi fiberglas batt.

    Insulasi Kelas B terdiri dari bahan atau kombinasi bahan seperti mika, serat kaca, asbes, dll., Dengan bahan pengikat, peresapan atau pelapis yang sesuai.
Gambar 2. Vermiculite and Perlite

  • Bahan isolasi vermiculite dan perlite umumnya ditemukan sebagai isolasi atap pada rumah yang dibangun sebelum tahun 1950 (ASBES)
  • Vermiculite dan perlite terdiri dari butiran-butiran kecil yang sangat ringan, yang dibuat dengan memanaskan butiran batuan sehingga membesar dan meletus.
  • Hal ini menciptakan jenis isolasi isian longgar dengan hambatan termal hingga 2,4 per inci. Butiran-butiran ini dapat dituang ke dalam tempatnya, atau dicampur dengan semen untuk membuat jenis beton ringan yang memiliki konduktivitas panas lebih rendah daripada beton konvensional.

RULES AND STANDARD untuk pengujian heat insulation (insulasi panas) antara lain:

  1. ASTM C177
    Standard Test Method for Steady-State Heat Flux Measurements and Thermal Transmission Properties by Means of the Guarded-Hot-Plate Apparatus.

  2. ASTM C518
    Standard Test Method for Steady-State Thermal Transmission Properties by Means of the Heat Flow Meter Apparatus

  3. ASTM C1774
    Standard Guide for Thermal Performance Testing of Cryogenic Insulation Systems.

  4. ISO 8301 - Thermal Insulation
    Determination of steady-state thermal resistance and related properties - Heat flow meter apparatus.

  5. ISO 8497 - Thermal Insulation
    Determination of steady-state thermal transmission properties of thermal insulation for circular pipes.

  6. BS EN 12667 
    Thermal performance of building materials and products - Determination of thermal resistance by means of guarded hot plate and heat flow meter methods - Products of high and medium thermal resistance.

  7. BS EN 14303
    Thermal insulation products for buildings - Factory made mineral wool (MW) products - Specification.
Pengujian insulasi panas dilakukan untuk memastikan bahwa bahan insulasi memenuhi standar dan persyaratan yang diperlukan untuk mencegah kebocoran panas atau dingin.

Tes ini melibatkan pengukuran konduktivitas termal, resistensi termal, dan faktor transfer panas.

Standar dan persyaratan pengujian yang berlaku dapat berbeda tergantung pada jenis produk dan aplikasinya.

CONTOH PENGUJIAN untuk standar ASTM C1774 :

ASTM C1774 memberikan panduan umum untuk pengujian kinerja termal insulasi kriogenik dan menyediakan beberapa prosedur pengujian yang dapat digunakan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang beberapa prosedur pengujian yang umum dilakukan sesuai dengan standar ini:
 
  1. Uji konduktivitas termal steady-state
    Prosedur ini dilakukan untuk menentukan konduktivitas termal insulasi pada kondisi steady-state (stabil). Ada dua metode pengujian yang dapat digunakan, yaitu guarded-hot-plate (GHP) dan heat-flow meter (HFM). Keduanya melibatkan pengukuran suhu permukaan dan ketebalan sampel insulasi dan memungkinkan perhitungan konduktivitas termal insulasi. Pengujian ini biasanya dilakukan pada suhu rendah, antara -180°C hingga -50°C, yang merupakan suhu umum untuk menyimpan LNG dan gas alam lainnya.

  2. Uji Ketahanan Termal
    Prosedur ini digunakan untuk menentukan ketahanan termal insulasi pada kondisi steady-state atau non-steady-state. Ada beberapa metode pengujian yang dapat digunakan, tergantung pada jenis insulasi dan aplikasi. Beberapa metode termasuk uji siklus suhu rendah-tidak stabil, uji paparan suhu rendah dengan pendinginan konvektif, dan uji paparan suhu tinggi pada suhu kriogenik. Pengujian ini dapat membantu menentukan ketahanan termal insulasi terhadap perubahan suhu dan kelembaban.

  3. Uji Perubahan Dimensi
    Prosedur ini dilakukan untuk menentukan perubahan dimensi insulasi setelah dipaparkan pada suhu rendah untuk jangka waktu tertentu. Insulasi kriogenik harus mampu bertahan dan tidak mengalami perubahan dimensi yang signifikan pada suhu rendah. Pengujian ini dapat membantu mengevaluasi stabilitas dimensi insulasi kriogenik.

  4. Uji Stabilitas Termal
    Prosedur ini dilakukan untuk mengevaluasi stabilitas termal insulasi pada suhu yang rendah atau sangat dingin. Insulasi kriogenik harus dapat bertahan pada suhu rendah untuk jangka waktu yang lama. Pengujian stabilitas termal dapat membantu menentukan apakah insulasi kriogenik cukup kuat untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang ketat.

Panduan ASTM C1774 sangat berguna bagi produsen dan pengguna insulasi kriogenik, karena memastikan bahwa insulasi tersebut memenuhi standar dan persyaratan yang diperlukan untuk menjaga suhu rendah dari bahan cair pada tingkat yang diinginkan dan mengurangi hilangnya energi termal.


REFERENSI 

Monday, June 5, 2023

Pemahaman tentang SOP Pengujian Inflatable Liferaft

Hallo KawanLaut sekarang kita pahami lebih lanjut yuk tentang SOP Pengujian Inflatable Liferaft

    Inflatable Liferaft atau sering disebut juga dengan Liferaft, adalah salah satu alat keselamatan yang sangat penting pada kapal yang sedang berlayar, terlebih pada kapal yang memuat penumpang. Liferaft adalah sebutan untuk perahu karet dengan tenda pelindung dan dilengkapi obat-obatan, perbekalan makanan dan minuman untuk keadaan darurat. Bahkan Liferaft dilengkapi beberapa benda untuk memberi tanda signal, dan alat-alat keselamatan lainnya. Liferaft dan semua perlengkapannya itu biasanya dirancang agar pemakainya dapat bertahan hidup selama satu minggu sebelum regu penolong datang. 

    Karena termasuk peralatan keselamatan untuk keadaan darurat, Liferaft harus ditempatkan pada posisi yang mudah dicapai. Biasanya tergantung di bagian pinggir kapal. Pada saat akan digunakan, pin penahannya dibuka hingga Liferaft terlepas dari kedudukannya dan jatuh di laut. Ada seutas tali yang memang dikaitkan pada pin pompa karbondioksida yang ada pada perahu karet yang masih terlipat dan tersimpan dalam tabung Liferaft. Begitu tali tersebut ditarik, pompa tersebut mulai bekerja dan membuat perahu karet yang masih terlipat tadi mengembang hingga siap untuk digunakan. Selanjutnya para penumpang meloncat ke laut dan berenang menuju perahu karet itu. 


Pengujian dalam prosedur ini telah dikembangkan berdasarkan Life Saving Appliances (LSA) Code dan IMO Resolution MSC.81 (70) tentang Revised Recommendation on Testing of Life Saving Appliances. 

1. Uji Berat

    Liferaft lengkap dengan wadahnya ditimbang untuk menentukan apakah massanya melebihi 185 kg. Pengujian dilakukan pada variasi Liferaft terberat, dengan mempertimbangkan berbagai wadah dan paket peralatan yang dapat digunakan. Jika massa melebihi 185 kg, berbagai kombinasi wadah dan paket peralatan harus ditimbang untuk menentukan mana yang akan melebihi dan mana yang tidak akan melebihi 185 kg. 

2. Uji Jatuh 

  1. Setiap jenis Liferaft dikenakan minimal dua uji jatuh. Jika ILR dalam kondisi operasionalnya dikemas dalam wadah atau koper, salah satu pengujian tersebut harus dilakukan dengan ILR yang dikemas dalam setiap jenis wadah atau koper sebagaimana pabrikan mengusulkan untuk memasarkannya. 
  2. ILR, dalam kondisi operasionalnya terkemas digantung dan kemudian dijatuhkan dari ketinggian 18m ke air. Jika akan disimpan pada ketinggian lebih dari 18 m, maka harus dijatuhkan dari ketinggian tempat penyimpanannya. Ujung bebas painter dipasang pada titik tergantung sehingga terulur saat ILR jatuh yang mensimulasikan kondisi sebenarnya. 
  3. ILR kemudian dibiarkan mengambang selama 30 menit. 
3. Uji Sistem Painter 
    Sistem painter termasuk lampiran dilakukan uji tarik. Tidak kurang dari 7,5 kN untuk Liferaft yang dapat menampung hingga 8 orang. Tidak kurang dari 10,0 kN untuk Liferaft yang menampung 9 hingga 25 orang. Tidak kurang dari 15,0 kN untuk Liferaft yang menampung lebih dari 25 orang. 

4. Uji Tautan Lemah 
    Tautan Lemah dalam sistem painter diuji tarik dan memiliki regangan putus (breaking strain) 2,2 0,4 kN. 

5. Uji Persiapan Naik dan Pengaturan Tutup 
    Pengujian naik dilakukan di kolam renang oleh tim yang terdiri dari tidak lebih dari empat orang yang berusia dewasa dan fisik yang berbeda sebagaimana ditentukan. Untuk pengujian ini, penguji mengenakan kemeja dan celana panjang atau setelan ketel dan mengenakan jaket pelampung yang sesuai untuk orang dewasa. Penguji masing-masing berenang sekitar 100m sebelum mencapai Liferaft untuk naik. Naik dicoba oleh setiap orang secara individu tanpa bantuan dari perenang lain atau orang yang sudah berada di Liferaft. 

6. Uji Memuat dan Duduk 
    Lambung timbul Liferaft dalam kondisi cukup cahaya, termasuk peralatan lengkapnya tetapi tanpa personel, dicatat. Lambung timbul Liferaft dicatat lagi ketika jumlah orang yang disetujui diangkut oleh Liferaft, yang memiliki massa rata-rata 82,5 kg, dan masing-masing yang mengenakan Immersion Suit dan jaket pelampung, telah naik dan duduk.

7. Uji Stabilitas 
  1. Jumlah orang yang disetujui Liferaft ditampung di satu sisi, kemudian di satu sisi dan dalam setiap kasus lambung timbul dicatat. 
  2. Stabilitas Liferaft selama boarding dapat dipastikan sebagai berikut : 
    Da orang yang masing-masing mengenakan jaket pelampung yang telah tersetujui, naik Liferaft kosong. Maka diperlihatkan bahwa dua orang di Liferaft dapat dengan mudah membantu dari air orang ketiga yang diminta berpura-pura tidak sadar. Orang ketiga membelakangi pintu masuk sehingga ia tidak dapat membantu penyelamat. 
8. Uji Manuver 
    Dapat ditunjukkan bahwa dengan dayung yang disediakan, Liferaft mampu didorong ketika sepenuhnya dimuat dalam kondisi tenang dengan jarak setidaknya 25 m. 

9. UJi Tunda 
    Dilakukan dengan cara ditarik pada Liferaft yang terisi penuh dan dilengkapi peralatan sehingga mampu ditarik dengan kecepatan hingga 3 knot dalam air yang tenang. Tarikan pada garis yang terpasang pada sambungan penarik Liferaft. Liferaft ditarik untuk jarak setidaknya 1 km. 

10. Uji Lompat 
    Pengujian lompat ini dilakukan dengan cara seseorang dapat melompat ke Liferaft, baik dengan dan tanpa kanopi, dari ketinggian di atas lantai minimal 4,5 m tanpa merusak Liferaft. Subjek uji memiliki berat tidak kurang dari 82,5 kg dan mengenakan sepatu bawah keras dengan sol yang halus dan tidak ada kuku yang menonjol. 

11. Uji Daya Apung
    Didemonstrasikan bahwa Liferaft dikemas dalam wadah bebas mengapung memiliki daya apung yang cukup untuk mengembangkan Liferaft dengan cara melalui garis penggerak dalam kondisi kapal tenggelam. Kombinasi dari peralatan dan wadah atau valise menghasilkan berat maksimum. 

12. Pengujian tambahan hanya berlaku untuk Liferaft tiup - Uji Pengembali
    Pengujian ini tidak diperlukan untuk Liferaft reversibel yang berkanopi. Untuk pengujian uji ini Liferaft dibalik untuk mensimulasikan inflasi terbalik. Liferaft ditiup dimuati dengan paket peralatan yang terberat, Semua pintu masuk, port, dan bukaan lainnya di kanopi Liferaft terbuka untuk memungkinkan infiltrasi air ke kanopi saat terbalik. 

13. Uji Swamp
    Didemonstrasikan bahwa Liferaft, ketika sepenuhnya terbanjiri, mampu untuk mendukung peralatan lengkapnya dan jumlah orang yang disetujui. 

14. Uji Penutupan Kanopi
    Untuk memastikan efektivitas penutupan kanopi dalam mencegah air memasuki Liferaft, efisiensi pintu masuk yang tertutup diperagakan dengan uji selang atau dengan metode lain yang sama efektifnya. Persyaratan untuk pengujian selang adalah sekitar 2.300 L air per menit diarahkan pada dan di sekitar pintu masuk melalui selang 63,5 mm dari titik 3,5 m jauhnya dan 1,5 m di atas tingkat tabung apung selama 5 menit. 

15. Uji Tambat 
    Liferaft dimuat dengan massa yang sama dengan massa dari jumlah total orang yang akan disetujui beserta perlengkapannya dan ditambatkan di lokasi di laut atau di pelabuhan air laut. Liferaft tetap mengapung di lokasi itu selama 30 hari. Dalam kasus Liferaft tiup, tekanan dapat diisi ulang sekali sehari menggunakan pompa manual, namun selama periode 24 jam Liferaft terus mempertahankan bentuknya. 

16. Uji Tekanan
    Setiap kompartemen tiup di Liferaft diuji dengan tekanan yang sama dengan tiga kali tekanan kerja. Setiap katup pelepas tekanan (pressure release valve) dibuat tidak beroperasi, tekanan udara digunakan untuk mengembangkan Liferaft tiup dan sumber inflasi dihapus. Pengujian dilanjutkan setidaknya selama 30 menit. Pengukuran penurunan tekanan karena kebocoran dapat dimulai ketika telah diasumsikan bahwa bahan kompartemen telah selesai meregang karena tekanan inflasi dan mencapai titik keseimbangan. 

17. Pengujian tambahan hanya berlaku untuk Liferaft tiup - Uji Kerusakan
    Didemonstrasikan dengan cara orang yang masing-masing memiliki massa 82,5 kg dan duduk di posisi normal atau dengan distribusi massa yang sama. 

18. Uji Inflasi 
    Liferaft, yang dikemas dalam setiap jenis wadah dipompa dengan menarik painter dan memiliki waktu yang tercatat : 
  1. Untuk itu dapat dinaiki, yaitu ketika tabung apung tertiup ke bentuk dan diameter penuh. 
  2. Untuk penutup (cover) menjadi tegak berdiri. 
  3. Untuk Liferaft mencapai tekanan operasional penuh saat diuji : 
    a. Pada suhu sekitar antara 18 derajat Celcius dan 20 derajat Celcius
    b. Pada suhu -30 derajat Celcius
    c. Pada suhu +65 derajat Celcius
19. Liferaft yang diluncurkan dengan dewi-dewi - Uji Bentur
    Liferaft dimuat dengan massa yang sama dengan massa jumlah orang yang disetujui dan perlengkapannya. Dengan Liferaft dalam posisi tergantung bebas, Liferaft ditarik ke samping sehingga ketika dilepaskan akan mengenai permukaan vertikal yang kaku pada kecepatan 3,5 m/s. Liferaft kemudian dilepaskan untuk bertumbukan terhadap permukaan vertikal yang kaku. 

20. Liferaft yang diluncurkan dengan dewi-dewi - Uji Kekuatan Komponen Angkat 
    Kekuatan putus (breaking strength) dari anyaman atau tali dan lampiran untuk Liferaft yang digunakan untuk mengangkat tali kekang ditetapkan dengan pengujian pada tiga bagian terpisah dari setiap item yang berbeda. 

21. Uji Naik untuk Liferaft menggunakan dewi-dewi
    Liferaft digantung dari alat peluncur Liferaft, atau dari crane dengan kepala sheave dengan ketinggian yang sama, dan membungkuk (bowsed) ke sisi kapal atau simulasi sisi kapal. Liferaft kemudian ditumpangi oleh jumlah orang yang disetujui dengan massa rata-rata 82,5 kg. Tidak boleh ada distorsi Liferaft yang tidak semestinya. Browsing kemudian dilepaskan dan Liferaft dibiarkan menggantung selama 5 menit. Kemudian diturunkan ke laut atau lantai dan di unloading.

22. Uji Kekuatan Liferaft Inflatable yang diluncurkan Davit ะพ
  1.  Liferaft ditempatkan pada suhu 20 ± 3℃ untuk periode setidaknya 6 jam;
  2. Setelah periode pengkondisian ini, Liferaft tergantung dari kait pengangkat atau kekang dan ruang apungnya (tidak termasuk lantai tiup) ditiup; 
  3. Ketika sepenuhnya terinflasi dan ketika katup relief (relief valves) telah dipasang kembali, semua katup relief dibuat tidak beroperasi; 
  4. Liferaft kemudian diturunkan dan dimuat dengan massa terdistribusi yang setara dengan empat kali massa jumlah orang yang disetujui beserta peralatannya, massa masing-masing orang diambil 82,5 kg; 
  5. Liferaft kemudian dinaikkan dan tetap digantung selama setidaknya 5 menit;
  6. Tekanan sebelum dan sesudah pengujian setelah berat dilepas dan selama tetap tergantung, dicatat. 
23. Uji Temperatur Ekstrim Rendah 
    Setelah periode 6 jam dalam ruang pada suhu -30℃, bahwa Liferaft akan mendukung beban 1,1 kali jumlah orang yang disetujui beserta perlengkapannya dengan semua katup bantuan beroperasi. Liferaft tiup yang dimuati tersebut tetap ditangguhkan pada gantungan selama setidaknya 5 menit. Jika Liferaft tiup dikeluarkan dari ruang untuk menggantungnya, Liferaft tiup segera ditahan pada gantungan setelah dilepas kamar tersebut. 

24. Uji Tambahan Berlaku hanya untuk Liferaft Self-Righting
    Liferaft dilengkapi sepenuhnya, tanpa ada orang di dalamnya, dengan pintu masuk dan bukaan dalam kondisi sebaimana d kemas, dan dalam kasus Liferaft tiup sepenuhnya mengembang. Liferaft diputar secara bertahap ke sudut heel hingga dan termasuk 180 derajat dan dirilis. 

25. Uji Perendaman untuk Liferaft Self-RIghting dan Liferaft Reversible Berkanopi
    Liferaft jika tiup dan dalam kondisi penuh, direndam kedalama setidaknya 4 m. Liferaft yang kaku dilepaskan pada kedalaman ini, dan jika Liferaft tiup, memulai inflasi pada kedalaman ini. Liferaft mengapung ke permukaan dan mencapai ke kondisi operasional yang dirancang siap dinaiki dari laut dalam kedalam laut setidaknya 2 m ketinggian gelombang signifikan di asosiasikan dengan kekuatan angin dari kekuatan Beaufort 6. 

26. Uji Kecepatan Angin
    Liferaft atau Liferafts dalam kondisi penuh dengan pintu masuk diatur sedemikian rupa bahwa akan terbuka pada saat inflasi, tetapi tanpa wadah, dapat mengembang dalam kecepatan angin 30 m/s dan dibiarkan dalam kondisi ini selama 10 menit. Setelah menyelesaikan pengujian tahap pertama ini, tidak boleh ada pelepasan dari lengkungan support atau kanopi dari tabung daya apung atas atau kerusakan lainnya yang mempengaruhi fungsi efisien Liferaft. 

27. Uji Kekuatan Jahitan 
    Lipatan sampel disiapkan dengan cara yang sama seperti kondisi pada saat produksi, dapat menahan beban uji yang sama dengan kekuatan tarik kain Liferaft minimum yang ditentukan. Jahitan dijahit pada kain kanopi luar tahan terhadap beban uji minimal 70% dari kain minimum yang ditentukan pada kekuatan tarik ketika diuji dengan metode yang dijelaskan dalam ISO 1421 : 1998 

28. Kekuatan Weld
    Ketika diuji dengan metode yang ditentukan di bawah, beban yang diperlukan untuk memulai kegagalan pada weld tidak boleh kurang dari 175 N. 

29. Pemeriksaan Detail 
    Liferaft harus mematuhi persyaratan LSA-Code dalam semua hal termasuk interior agar tidak menyebabkan ketidaknyamanan pengguna. 

REFERENSI 
  1. SOP Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran No. KP.903/1/5/TKP/2021 (SOP Pengujian Liferaft Rigid and Inflatable) tanggal 11 Oktober 2021. 
  2. https://www.liferaft.asia/liferaft-solas-50-person
  3. https://www.marineinsight.com

Monday, May 22, 2023

Bagaimana Prosedur Pengujian Inflatable Lifejacket?

    Kawanlaut! Berbicara mengenai alat penolong dan peralatan keselamatan di kapal, tentu banyak sekali jenis dan modelnya. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan internasional, setiap perlengkapan kapal dan komponen kapal wajib dilakukan pengujian untuk memastikan kesesuaian tipe, desain, dan fungsinya. Nah pada artikel kali ini kita akan membahas prosedur pengujian jaket pelampung kembung (inflatable lifejacket). 

Apa saja langkah-langkah pengujian inflatable lifejacket? Dan apa saja kriteria-kriteria inflatable lifejacket yang dikategorikan lolos uji? Simak terus pembahasan ini ya, Kawanlaut!

1. Uji Siklus Suhu

    Tahapan pengujian siklus suhu inflatable lifejacket pada prinsipnya sama dengan uji siklus suhu pada lifejacket konvensional. Inflatable lifejacket yang kondisinya tidak dikembungkan dimasukkan ke dalam chamber seperti pada gambar 1 di bawah ini. Adapun proses pengujian siklus suhu meliputi:

a. Setelah dilakukan uji siklus suhu tinggi, dua inflatable lifejacket dikeluarkan dari suhu penyimpanan sebesar +65°C, salah satu inflatable lifejacket diaktifkan menggunakan sistem pengisi udara otomatis dengan meletakkan inflatable lifejacket ke dalam air laut pada suhu 30°C dan inflatable lifejacket yang lain diaktifkan dengan sistem pengisi udara manual.

b. Setelah siklus suhu rendah, dua inflatable lifejacket dikeluarkan dari suhu penyimpanan sebesar -30°C, salah satu inflatable lifejacket diaktifkan menggunakan sistem pengisi udara otomatis dengan meletakkan inflatable lifejacket ke dalam air laut pada suhu -1°C dan inflatable lifejacket yang lain diaktifkan dengan sistem pengisi udara manual.

Gambar 1. Chamber untuk Uji Siklus Suhu

                                 

Kriteria penerimaan pada tahapan pengujian ini yaitu bahan inflatable lifejacket tidak boleh menunjukkan tanda-tanda kerusakan seperti menyusut, memuai, robek, atau terjadi perubahan kualitas mekanis lain.

2. Uji Pemakaian

    Kawanlaut! Sebagaimana yang kita tahu bahwa inflatable lifejacket merupakan salah satu alat penolong keselamatan yang hanya digunakan pada saat kondisi darurat di laut. Pengguna lifejacket umumnya merupakan masyarakat awam yang sebagian besar tidak mengetahui cara penggunaannya. Maka dari itu, salah satu tujuan dilakukan uji pemakaian adalah untuk memastikan bahwa inflatable lifejacket yang diuji memiliki desain yang mudah digunakan sehingga meminimalisir resiko penggunaan yang salah. Desain inflatable lifejacket harus dapat digunakan oleh berbagai ukuran orang dewasa, baik pemakai dengan pakaian tebal maupun ringan. Maka dari itu dibutuhkan subjek uji dengan kriteria tinggi dan berat badan tertentu, serta dengan pakaian normal maupun dengan menggunakan pakaian tebal.


Gambar 2. Instruksi Pemakaian Inflatable Lifejacket


Tahapan uji pemakaian yaitu tim penguji memberikan demontrasi cara pemakaian inflatable lifejacket kepada subjek uji yang telah memenuhi kriteria, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 di atas. Selanjutnya subjek uji diminta untuk memakai inflatable lifejacket dengan benar dalam waktu 1 menit tanpa bantuan. Kemudian tim penguji melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap masing-masing subjek uji meliputi kemudahan dan kecepatan pemakaian serta kesesuaian pemakaian.

3. Uji Performa dalam Air

    Setelah uji pemakaian, proses pengujian dilanjutkan dengan uji performa dalam air. Sama hal nya dengan pengujian lifejacket konvensional, subjek uji yang telah memakai inflatable lifejacket diminta untuk masuk ke kolam air tawar dan melakukan tahapan-tahapan pengujian di bawah ini:

a. Koreksi tubuh


Gambar 3. Contoh posisi subjek uji

    Subjek uji diminta untuk berenang sebanyak 3 kayuhan gaya dada, kemudian subjek uji berbaring seperti contoh pada gambar 3 di atas. Periode waktu yang dicatat adalah setelah subjek uji melakukan kayuhan renang terakhir sampai dengan posisi berbaring (istirahat). Metode uji dilakukan kembali dengan tahapan yang sama. Tim penguji mencatat durasi waktu dan freeboard atau jarak antara permukaan air dengan mulut subjek uji.

b. Uji jatuh

    Subjek uji diarahkan untuk melompat secara vertikal ke dalam air dari ketinggian 4.5 meter. Subjek uji diperbolehkan untuk memegang inflatable lifejacket guna meminimalisir cedera. Setelah subjek uji melompat dan berada pada posisi istirahat, tim penguji kemudian akan mengukur freeboard atau jarak antara permukaan air dengan mulut subjek uji.

c. Berenang dan keluar dari air

    Semua subjek uji diarahkan untuk berenang sejauh 25 meter tanpa menggunakan inflatable lifejacket kemudian memasuki liferaft atau platform kaku lain dengan ketinggian 30 cm di atas permukaan air. Subjek uji yang berhasil masuk ke dalam liferaft diminta untuk mengulang tahapan pengujian yang sama dengan menggunakan inflatable lifejacket. 

4. Uji Bahan untuk komponen kembung, sistem dan komponen pengisi udara

    Bahan atau material yang digunakan untuk komponen kembung, sistem dan komponen pengisi udara wajib dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa material yang digunakan tahan busuk, tidak mudah luntur akibat paparan matahari dan tidak mudah kusam yang diakibatkan oleh air laut, minyak, maupun jamur. Adapun tahapan pengujian material disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing pabrikan pembuat bahan.

Kawanlaut! Demikianlah pembahasan kita mengenai tahapan pengujian inflatable lifejacket kali ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya ya.


Friday, May 5, 2023

Pengujian Lifejacket itu apa ya?

Hallo Kawanlaut! artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang Pengujian Line Throwing nih, nah artikel sekarang kita bahas tentang Pengujian Life Jacket Yuk! 

Alat keselamatan yang ada di kapal merupakan hal yang sangat penting karena ini menyangkut kehdupan dan nyawa manusia, keselamatan awak kapal dan penumpang merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Oleh karena itu Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) dalam salah satu tugas dan fungsi pokoknya yaitu melakukan pengujian untuk alat-alat keselamatan pelayaran yang akan di pasarkan di Indonesia. 

Dalam hal ini pengujian yang dilakukan oleh Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) dari Life-Saving Appliances Code (LSA Code) dan IMO Resolutions MSC. 81 (70) Revised Recommendation on Testing of Life-Saving Appliances. Dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai Tahapan Pengujian yang dilakukan untuk Lifejacket. Sebelum masuk dalam pembahasan, akan dibahas sedikit terkait dengan Apa Sih Pengujian itu?

Secara singkat, prosedur pengujian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan alat tersebut apakah sudah sesuai dan dapat diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk pelayaran. Dalam prosedur pengujian ada juga yang disebut dengan kriteria penerimaan, nah pada tahapan ini Tim Penguji yang akan menentukan apakah alat tersebut sudah layak atau tidak untuk dipasarkan atau di distribusikan.

Gambar 1. Lifejacket

Lifejacket adalah sebuah jaket tanpa lengan yang punya fungsi khusus yaitu untuk membuat penggunanya tetap terapung di atas permukaan air. Jaket pelampung ini merupakan salah satu alat Safety kapal yang wajib dimiliki kapal. 

Beberapa jenis Lifejacket yaitu :
  1. Offshore Lifejacket
  2. Near-Shore Lifejacket
  3. Flotation aid
  4. Throwable aid
  5. Special devices
Lifejacket sesuai standar SOLAS
Sama seperti alat keselamatan kapal pada umumnya, jaket pelampung kapal juga memiliki beberapa persyaratan seperti yang diatur dalam regulasi SOLAS (Safety Of Life at Sea) sebagai berikut :
  • Harus dilengkapi dengan peluit dan lampu yang dikencangkan dengan tali pengikat. 
  • harus dilengkapi dengan tali pelampung orang lain di dalam air.
  • Harus dilengkapi dengan sarana untuk memungkinkan penyelamat mengangkat pemakai nya dari air ke dalam kapal penyelamat. 
  • Jaket tidak boleh terbakar atau meleleh saat terkena api selama 2 detik.
  • Saat meloncat dari ketinggian minimal 4,5 m ke dalam air tidak terjadi cedera dan terlepas atau merusak Lifejacket.
  • Harus memiliki daya apung yang tidak berkurang lebih dari 5% setelah 24 jam direndam di air tawar.
  • Harus ada jaket pelampung untuk setiap orang di atas kapal. Plus jaket pelampung untuk setiap anak atau 10% dari jumlah penumpang mana yang lebih tinggi. 

  1. Uji Siklus Temperatur
    Lifejacket dilakukan pengujian siklus temperatur (Temperatur Cycling Test) dan kemudian diperiksa permukaan luarnya. 
    Kriteria Penerimaan
    Bahan Lifejacket tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan seperti susut, retak, tonjolan, perubahan struktur atau perubahan kualitas mekanik. 

  2. Uji Daya Apung
    Daya Apung Lifejacket diukur sebelum dan sesudah 24 jam perendaman secara lengkap hingga tepat dibawah permukaan dalam air tawar. 
    Kriteria Penerimaan
    Perbedaan antara daya apung awal dan daya apung akhir tidak boleh melebihi 5% dari daya apung awal

  3. Uji Kebakaran
    Sebuah Lifejacket menjalani Uji Kebakaran.
    Kriteria Penerimaan
    Lifejacket tidak boleh terus lanjut terbakar, selama lebih dari 6 detik ataupun terus meleleh setelah dijauhkan dari keberadaan api. 

  4. Uji untuk bahan, tutup, kaset dan jahitan pengujian komponen selain bahan apung 
    Semua material, selain bahan apung, yang digunakan dalam konstruksi Lifejacket, termasuk penutup, perekat, jahitan dan bahan penutupan (Closure) diuji dengan standar internasional yang dapat diterima oleh Organisasi untuk menetapkan bahwa bahan tersebut tahan tusuk, warna tahan luntur dan tahan terhadap kerusakan dari paparan sinar matahari dan bahwa mereka tidak terlalu terpengaruh oleh air laut, minyak, atau serangan jamur. 
    Kriteria Penerimaan
    Lihat rekomendasi dari Organisasi Internasional untuk Standarisasi, di publikasi khusus ISO 12402-7 : 2006, Alat apung personal - Bagian 7 : Bahan dan Komponen Persyaratan Keselamatan dan Metode Pengujian. 

  5. Uji kekuatan Pengait Angkat, Uji Kekuatan Bahu
    Lifejacket direndam dalam air selama periode waktu 2 menit. Kemudian dikeluarkan dari air dan ditutup (tali temalinya diikat) dengan cara yang sama seperti ketika dipakai oleh seseorang. Kekuatan tidak kurang dari 3.200 N (2.400 N pada kasus pelampung anak atau bayi) diterapkan selama 30 menit pada bagian dari Lifejacket yang menahannya ke tubuh pemakainya (Lihat Gambar 2) dan secara terpisah ke loop pengangkat pada Lifejacket. Lifejacket tidak boleh rusak karena pengujian ini. Pengujiam diulang untuk masing-masing penutupan yang melingkari (encircling closure). 

    C - Silinder Diameter 125 mm untuk ukuran dewasa, Diameter 50 mm untuk ukuran bayi dan anak.
    L- Beban Uji

    Gambar 2. Aransemen Pengujian Badan atau Kekuatan Angkat Loop untuk Lifejacket


    Kemudian dikeluarkan dari air dan dipakaikan pada bentuk tubuh (form) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3, dengan cara yang sama seperti ketika dipakai oleh seseorang. Kekuatan tidak kurang dari 900 N (700 N untuk Lifejacket ukuran anak-anak) diterapkan selama 30 menit di seluruh bagian bentuk dan bahu Lifejacket (Lihat Gambar 4). Lifejacket tidak boleh rusak karena pengujian ini. Lifejacket tetap diamankan pada bentuk tubuh (form) selama pengujian ini. 

    Gambar 3. Bentuk tubuh (form) pengujian untuk uji angkat bahu untuk Lifejacket

    C- Silinder
    Diameter 125 mm ukuran dewasa, Diameter 50 mm untuk ukuran bayi dan anak


    L - Beban Uji
    Gambar 4. Pengaturan Pengujian Pengangkatan bahu untuk Lifejacket

  6. Uji untuk Bahan Pelampung, Uji Stabilitas Bawah Suhu Berkala, Uji Komprsi dan Penyerapan Air, Uji Kekuatan Tarik
    Pengujian yang ditentukan dalam 6.1 hingga 6.7 dilakukan pada spesimen dari masing-masing bahan pelampung-pelampung. Enam spesimen dipaparkan pada siklus temperatur yang ditentukan dalam B.1

    1.1 Dimensi spesimen (kecuali kapuk) dicatat di akhir siklus terakhir. Spesimen diperiksa dengan hati-hati dan tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan eksternal struktur atau kualitas mekanik.
    1.2 Dua dari spesimen dipotong terbuka dan tidak boleh menampilkan tanda perubahan internal struktur. 
    1.3 Empat spesimen digunakan untuk uji kompresi dan absorpsi (penyerapan) air, dua di antaranya langsung di uji setelah dikenai uji ketahanan minyak diesel. Lifejacket direndam secara horizontal untuk jangka waktu 24 jam di bawah permukaan 100 mm minyak diesel pada suhu kamar normal. 
    1.4 Pengujian dilakukan dalam air tawar dan spesimen direndam selama tujuh hari di bawah air setinggi 1,25 m. 
    1.5 Uji dilakukan : 
          1. Pada dua spesimen sebagaimana yang disediakan;
          2. Pada dua spesimen yang telah dipaparkan siklus suhu sebagaimana ditentukan dalam 6.1; 
          3. Pada dua spesimen yang telah dipaparkan siklus suhu sebagaimana ditentukan dalam 6.1
              diikuti oleh uji ketahanan minyak diesel. 

  7. Uji Pemakaian
    Untuk meminimalkan risiko kesalahan pengenaan oleh orang yang belum tahu, sering kali dalam kondisi buruk. 

  8. Uji Performa Dalam Air
    Bagian dari pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kemampuan Lifejacket untuk membantu orang yang tak berdaya atau yang kelelahan atau dalam keadaan tidak sadar dan menunjukkan bahwa Lifejacket tidak terlalu membatasi pergerakan. 

  9. Uji Lifejacket Bayi dan Anak
    Sejauh yang memungkinkan, pengujian serupa diterapkan untuk persetujuan dari Lifejacket yang cocok untuk bayi dan anak-anak. 

REFERENSI
  1. SOP Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Np. 17-7/SOP/LAB/6/2020 (SOP Pengujian Lifejacket) tanggal 30 Juli 2020
  2. https://www.google.com/search?client=safari&rls=en&q=2.%09https://velascoindonesia.com/distributor-life-jacket-terbaik/&ie=UTF-8&oe=UTF-8 


Thursday, April 27, 2023

Mengenal Pengujian Line Throwing

Hallo Kawanlaut! Kita mengenal lebih lanjut tentang Pengujian Line Throwing yuk! 

Secara singkat, prosedur pengujian adalah tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan untuk memastikan apakah alat tersebut sudah sesuai dan dapat diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk pelayaran. Dalam prosedur pengujian, ada juga yang disebut dengan kriteria penerimaan. Pada tahapan ini, tim penguji akan menentukan apakah alat tersebut sudah layak atau tidak untuk dipasarkan atau didistribusikan. 

Dalam hal ini pengujian yang dilakukan oleh kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) mengacu dari Life-Saving Appliances Code (LSA Code) dan IMO Resolutions MSC. 81 (70) Revised Recommendation on Testing of Life-Saving Appliances. Dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai Tahapan Pengujian yang dilakukan untuk Line Throwing. 


Berbagai Jenis Line Throwing Apparatus
Sumber : Berbagai Sumber




Gambar diatas merupakan Line Throwing yang berfungsi sebagai alat pelontar tali penolong atau pelempar tali sebagai penghubung antara kapal yang menolong dengan kapal yang ditolong. Selain sebagai penghubung antar kapal, Line Throwing juga dipakai untuk menolong orang atau korban yang terjatuh dari kapal pada saat keadaan darurat. Diharapkan korban dapat meraih tali yang dilemparkan, kemudian ditarik ke kapal penyelamat, atau bisa juga disambungkan ke sekoci yang selanjutnya akan ditarik ke arah kapal penyelamat. Proses pengujian yang dilakukan untuk alat ini kurang lebih dilakukan dengan kurun waktu kurang lebih 30 hari (1 bulan). 

Proses pengujian yang dilakukan untuk Line Throwing ini antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Pengujian Piroteknik
    Pengujian ini dilakukan menguji bahan Piroteknik dari bagian roket peluncur pada Line Throwing. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa bahan Piroteknik tetap dalam kondisi aman setelah pengujian dan setelahnya mampu dioperasikan dan berfungsi secara efektif. Dalam pengujian ini dilakukan dua jenis pengujian, yaitu Uji Rendam dan Uji Lingkungan. Uji Rendam dilakukan dengan cara merendam spesimen selama 24 jam di bawah kedalaman 1 meter air. Sedangkan Uji Lingkungan dilakukan dengan cara spesimen dipaparkan dengan semprotan larutan garam selama 100 jam.
  2. Uji Fungsi
    Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa spesimen dapat berfungsi secara efektif dalam melemparkan tali sejauh sekurang-kurangnya 230 meter dalam kondisi laut tenang, selain itu jika spesimen menggunakan jenis bahan Piroteknik, maka diuji juga jika salah satu proyektil dibebankan dua kali lipat dari muatan normal. 
  3. Uji Kekuatan Tarik
    Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa tali pada Line Throwing tidak ada kerusakan selama proses pengujian berlangsung, dengan kriteria penerimaan adalah tali tidak ada kerusakan pada beban kurang dari 2 kN. 
  4. Pemeriksaan Visual
    Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa tidak ditemukan adanya kerusakan pada bagian fisik Line Throwing. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan instruksi yang jelas dan tepat tentang bagaimana alat dioperasikan, serta posisi dimana peletakkan umur dari spesimen.
  5. Uji Suhu
    Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa Line Throwing tetap dapat berfungsi secara efektif setelah dilakukan pengujian. Pengujiannya berupa dilakukan paparan suhu lingkungan sekitar -30 derajat dan +65 derajat Celcius sebanyak 10 kali siklus. Kriteria penerimaannya adalah saat setelah uji, setiap spesimen tidak menunjukan tanda tanda kerusakan seperti menyusut, retak, mengembung, terdisolusi (putus/lebur) atau terjadi perubahan kualitas mekanik, dan kemudian berfungsi secara efektif pada suhu lingkungannya. 
REFERENSI 
  1. SOP Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran No. 17-11/SOP/Lab/6/2020
  2. https://www.safety-marine.com/2022/05/line-throwing-alat-keselamatan-pada.html (Diakses April 2023)
  3. https://velascoindonesia.com/mengenal-alat-safety-kapal-line-throwing/ (Diakses April 2023)
  4. https://www.marineinsight.com/naval-architecture/what-are-line-throwing-apparatus-on-ships/ (Diakses April 2023)
  5. https://www.facebook.com/lalizas/photos/4921583131202236 (Diakses April 2023)



Sunday, April 16, 2023

APA ITU PENGUJIAN RESCUE BOAT ?

#KawanLaut Alat keselamatan yang ada di kapal merupakan hal yang sangat penting karena ini menyangkut kehidupan dan nyawa manusia, keselamatan awak kapal dan penumpang merupakan hal yang harus benar-benar diperharikan. Oleh karena itu Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) dalam salah satu tugas dan fungsi pokoknya yaitu melakukan pengujian untuk alat-alat keselamatan pelayaran yang akan di pasarkan di Indonesia. 

Dalam hal ini pengujian yang dilakukan oleh kantor BTKP mengacu dari Life-Saving Appliances Code (LSA Code) dan IMO Resolutions MSC.81 (70) Revised Recommendation on Testing of Life-Saving Appliances. Dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai Tahapan Pengujian yang dilakukan untuk Fast Rescue Boat dan Inflated Rescue Boat. Sebelum masuk dalam pembahasan akan dibahas sedikit terkait dengan apa sih pengujian itu?

Secara singkat prosedur pengujian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan alat tersebut apakah sudah sesuai dan dapat diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk pelayaran. Dalam prosedur pengujian ada juga yang disebut dengan kriteria penerimaan, nah pada tahapan ini tim penguji yang akan menentukan apakah alat tersebut sudah layak atau tidak untuk dipasarkan atau di distribusikan. 

Dalam prosedur pengujian yang dilakukan pada semua tahap pengujian secara umum jika digambarkan dengan bagan sebagai berikut : 


Gambar 1. Prosedur Pengujian Secara Umum

Yuk langsung aja kita bahas apa saja sih tahapan yang ada dalam prosedur pengujian Rescue Boat ini. 

FAST RESCUE BOAT 

Gambar 2. Fast Rescue Boat


Gambar di atas merupakan Fast Rescue Boat yang berfungsi untuk menyelamatkan penumpang dengan mesin sebagai motor penggerak dan biasanya berbahan kaku atau Rigid. Proses pengujian yang dilakukan untuk alat ini kurang lebih dilakukan dengan kurun waktu kurang lebih 30 hari (1 bulan). Proses pengujian yang dilakukan untuk Fast Rescue Boat ini antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Pengujian Material Sekoci
    Dalam pengujian ini ada Uji Ketahanan terhadap api, dimana sampel akan dibakar dengan api dan dilihat kekuatan ketahannya terhadap api yang mengenai bagian dari sampel tersebut, selanjutnya yaitu Uji Ketahanan apung dimana sampel akan dilihat seberapa kekuatan tarik pada saat mengapung dan juga ketahanan daya serap airnya saat sekoci sedang mengapung. 

  2. Dampak peluncuran Davit, Uji Benturan dan Uji Jatuh
    Dalam proses ini ada Uji Benturan dan Uji Jatuh dimana sampel akan diisi dengan bobot sesuai yang dipersyaratkan (dalam hal ini kurang lebih 100 kg) dan diluncurkan lalu dilihat apakah terjadi kerusakan ketika uji benturan atau uji jatuh ini dilakukan. 

  3. Uji Kekuatan dan ruang tempat duduk bagi sekoci yang berbahan dasar kaku
    Seperti yang kita ketahui bahwa bahan yang digunakan ini bersifat Rigid atau kaki, dalam proses uji ditempatkan setiap orang dengan bobot maksimal 82,5 kg dan ruang duduk yang ada dalam sekoci harus cukup sesuai dengan kapasitas yang dipersyaratkan bagi sekoci tersebut tanpa menunjukkan adanya kerusakan saat sekoci digunakan dengan bobot diatasnya. 

  4. Uji Stabilitas saat sekoci tergenang 
    Saat sekoci yang telah diisi dengan bobot itu berada di atas air, maka dapat dilihat kekuatan stabilitas sekoci ketika isinya penuh dnegan muatan seperti yang dipersyaratkan dalam proses keselamatan saat terjadi keadaan darurat.

  5. Uji peluncuran sekoci
    Dalam proses pengujian ini bisa dilakukan dua hal yaitu pertama dengan cara diluncurkan ketika sekoci kosong dan tidak memuat bobot apapun, yang kedua dengan diisi bobot seperti yang sudah disebutkan pada poin nomor 3 (tiga) di atas. Untuk kriteria penerimaan sudah pasti jika tidak terjadi kerusakan atau hambatan saat sekoci ini diluncurkan. 

  6. Uji operasional sekoci
    Dalam uji operasional ini sekoci dijalankan setidaknya selama 4 jam dengan kecepatan tidak kurang dari 4 knot untuk menunjukan performa dengan bahan bakar yang sesuai, dan juga untuk menguji selama 4 jam tersebut apakah sekoci dapat bermanuver dengan baik atau tidak. Dan juga dalam tahap pengujian ini termasuk dengan uji untuk membalikkan sekoci ketika kondisinya terbalik saat digunakan di atas air. Proses penyalaan mesin dengan kondisi terendam, amupun dengan kondisi dingin juga dilakukan pada tahapan ini. 

  7. Uji tambat sekoci
    Pada proses ini dengan bobot yang sudah ditentukan tadi, sekoci ditarik dengan kecepatan tidak kurang dari 5 knot dan dilihat kekuatan saat sekoci ditarik serta tidak ditemukannya kerusakan yang terjadi selama proses uji tersebut sebagaimana kriteria penerimaan proses pengujiannya. 

  8. Uji lampu sekoci
    Secara umum pengujian ini sudah pasti untuk mengecek apakah lampu yang ada pada sekoci dapat berfungsi dengan baik, dengan besaran suhu air laut sekitar +30 derajat Celcius dan waktu selama kurang lebih 12 jam. Untuk lampu berkedip maka dipersyaratkan dengan tidak kurang dari 50 berkedip dan 70 berkedip tidap menitnya. 

Jika ditemukan sekoci berbahan kaku dengan tutup full maka akan ada tambahan uji untuk jika tutup / atap sekoci tersebut dibuka dan terkena sinar matahari dan dilihat tingkat kerusakan dan kegunaan seperti sesuai dengan yang dipersyaratkan. 

Oke, selanjutnya kita bahas proses pengujian Rescue Boat jenis lain nih.. 

INFLATED / INFLATABLE RESCUE BOAT 


Gambar 3. Inflatable Rescue Boat


Gambar di atas merupakan Inflatable Rescue Boat yang berfungsi untuk menyelamatkan penumpang dengan mesin sebagai motor penggerak dan berbahan Rubber yang biasanya dikembangkan. Proses pengujian yang dilakukan untuk alat ini kurang lebih dilakukan dengan kurun waktu kurang lebih 30 hari (1 bulan). Proses pengujian yang dilakukan untuk Inflatable Rescue Boat ini secara garis besar sama dengan yang dilakukan untuk Fast Rescue Boat namun bagian yang menjadi pembeda antara keduanya ada pada uji untuk ketahanan material bahan dasar yang digunakan, uji material pada Inflated Rescue Boat ini meliputi : 
  1. Kekuatan tekanan bahan
  2. Uji Ketahanan Sobek
  3. Uji Ketahanan terhadap cuaca panas
  4. kekuatan jahitan
  5. pelapukan bahan dan resistesi sinar ultraviolet
Hal ini mengacu pada rekomendasi dari Ogranisasi Internasional untuk Standarisasi, dalam publikasi khususnya ISO 15372 Ships and Marine Technology - Inflatable Rescue Boats - Coated Fabircs for Inflatable Chambers. 

Oke Kawan Laut, singkatnya sih untuk Rescue Boat baik itu yang bersifat Rigid atau Inflated proses pengujian yang dilakukan hampir sama, hanya ya itu bedanya jika Inflated karena menggunakan bahan yang lentur maka ada sedikit proses uji materialnya saja yang berbeda. Sekian untuk penjelasan proses pengujian untuk Rescue Boat, Terima kasih Kawan Laut sudah membaca artikel ini.

REFERENSI 
  1. SOP Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran No. 17-7/SOP/LAB/6/2020 (SOP Pengujian Rescue Boat and Fast Rescue Boat) tanggal 02 Juni 2021
  2. SOP Kantor Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran No. 17-8/SOP/LAB/6/2020 (SOP Pengujian Inflated Rescue Boat and Fast Rescue Boat) tanggal 02 Juni 2021
  3. https://www.newmarinelifeboat.com/Fast-Rescue-Boat-pd40594884.html
  4. https://survitecgroup.com/survitecproducts/14570/dsbinflatablerescueboats 




Monday, March 13, 2023

Mengenal Apa Itu Rescue Boat

Hallo #Kawanlaut!

Beberapa dari KawanLaut pasti sudah pernah denger nih mengenai "Recue Boat" nah berikut akan dibahas secara singkat mengenai Rescue Boat. 

Rescue Boat atau Sekoci penyelamatan merupakan alat keselamatan jiwa (Life-Saving Appliances) dimana hal ini ada dalam International Convention for The Safety of Life at Sea (SOLAS 1974) yang dibahas pada Chapter III mengenai Life-Saving Appliances and Arrangement. 

Rescue Boat merupakan perahu penyelamatan dimana ini digunakan menyelamatkan penumpang dalam keadaan darurat dan di desain sedemikian rupa untuk bertahan, bisa berbentuk kaku atau juga dengan bahan yang mengembang seperti balon berukuran panjang minimal 3,8 m atau maksimal 8,5 m, biasanya dapat mengangkut sebanyak 5 penumpang dengan posisi duduk dengan tambahan 1 penumpang dengan posisi berbaring jika memang ada dalam keadaan darurat, dilengkapi dengan dayung, reflector radar, peluit tali, kompas dan lainnya yang menunjang keselamatan penumpang untuk bertahan di tengah laut. 


Gambar 1. Rescue Boat yang terpasang di Kapal

1. Pengenalan Fungsi / Kegunaan Rescue Boat 

Rescue Boat pada umumnya harus terbuat dari bahan yang keras dan dapat dipompa atau dapat juga kombinasi keduanya. Dari namanya sudah jelas bahwa fungsi dari Rescue Boat ini adalah untuk menyelamatkan penumpang yang ada di laut dalam keadaan darurat. Rescue Boat harus bisa diturunkan dalam waktu yang cepat mengingat kegunaannya, dimensinya juga harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Kapal Cargo biasanya membawa paling tidak satu Rescue Boat. 

Banyak kita lihat bahwa Rescue Boat yang dimiliki oleh kapal-kapal pada umumnya memang terbuat dari bahan yang kaku biasanya adalah yang terbuat dari bahan Fiber memiliki warna yang cerah agar lebih mudah terlihat dalam kondisi yang tidak memungkinkan sekalipun atau dalam jarak pandang yang rendah. 

2. Jenis-jenis Resccue Boat 

Jenis-Jenis Rescue Boat tinjauan dari fungsinya dibagi 3 bagian : 
  • Rescue Boat penolong, untuk menolong awak kapal apabila terjadi kecelakaan. 
  • Rescue Boat penyebrang, gunanya untuk mengangkut awak kapal dari tengah laut ke pantai atau sebaliknya. Pada kapal barang kadang-kadang rescue boat ini juga dipergunakan untuk menarik tongkang-tongkang muatan dari darat ke kapal dan sebaliknya dimana kebetulan tidak ada motor boat yang tersedia. 
  • Rescue Boat meja, untuk memindahkan barang-barang yang berat dan untuk mengangkut perlengkapan perbaikan kapal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan Rescue Boat penolong dan umumnya mempunyai dasar yang rata. 
Ditinjau dari pengertian penggeraknya Rescue Boats dibagi menjadi 2 bagian : 
  • Rescue Boat penolong bermotor syarat motor nya : 
1. Setiap waktu siap digunakan.
2. Motornya dapat dihidupkan dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
3. Harus dipenuhi bahan bakar yang cukup untuk berlayar terus menerus selama 24 jam.
4. Motor dan kelengkapannya harus mempunyai dinding penutup untuk menjamin, bahwa dalam keadaan cuaca buruk motornya masih dapat bekerja dengan baik dan dinding penutup ini harus tahan api. 
5. Harus dilengkapi dengan alat untuk menggerakan mundur dari motor. 
  • Rescue Boats penolong baling-baling. Alat penggeraknya harus memenuhi syarat sebagai berikut : 
1. Dalam keadaan baik. 
2. Menghasilkan tenaga yang cukup bagi rescue boats, sehingga dengan crew penuh dengan semua perlengkapannya segera setelah turun ke air dapat bebas dari kapal. 
3. Dapat menahan haluan rescue boats meskipun dalam cuaca buruk. 
4. Kecepatan paling sedikit 4 mil per jam dalam perairan tenang. 
5. Dapat menggerakkan rescue boats mundur. 
6. Peralatannya sedemikian rupa sehingga dapat dilayani oleh orang-orang yang tidak terlatih dan dapat dikerjakan segera setelah rescue boats turun di air, juga dalam keadaan muatan penuh. 

Beberapa ketentuan untuk Rescue Boats bermotor : 

1. Kalau sebuah kapal mempunyai lebih dari 13 dan kurang dari 20 buah perahu penolong, maka salah satu diantaranya harus bermotor kelas A atau kelas B atau Rescue Boats penolong yang berbaling-baling yang digerakkan secara mekanis. 
2. Kalau sebuah kapal mempunyai 20 buah atau lebih Rescue Boats penolong maka dua buah diantaranya harus bermotor kelas A yang diletakkan satu disebelah kiri dan satu disebelah kanan. 
3. Kapal barang dengan ukuran 1600 gros ton atau lebih harus mempunyai 1 rescue boats bermotor kelas A atau kelas B atau rescue boats yang mempunyai propeller. 


Gambar 2. Rescue Boat dengan Mesin Bermotor 

3. Penempatan Rescue Boat di atas Kapal 

Seperti yang bisa kita lihat pada Gambar 1 diatas bahwa penempatan Rescue Boat harus dalam posisi yang selalu siap digunakan, mudah untuk dihancurkan juga dalam keadaan yang darurat. Sama seperti dengan Lifeboat yang penempatannya sudah diatur dalam SOLAS dan LSA Code, maka penempatan Rescue Boat juga tidak bisa sembarangan. Seperti ditempatkan di titik yang tidak mengganggu pengoperasian kapal dan juga mudah dioperasikan, kalau bisa juga berdekatan dengan air. Dapat juga ditempatkan di samping kanan kiri kapal yang biasanya ditemukan pada kapal penumpang dan kapal cargo, namun pada saat diturunkan juga harus jauh dari sesuatu yang tajam pada bagian bawah kapal. 


Kenalan dengan Bahan Insulasi berdasarkan A dan B Class !

Hallo Kawanlaut ! sekarang kita kenalan yuk, dengan apa itu Bahan Insulasi? Insulasi Kelas A terdiri dari bahan seperti kapas, sutra, dan ke...