Thursday, July 28, 2022

Ban Pelampung Keselamatan Lifebuoy, Apa Sih?

Hallo KawanLaut! Apakah kalian pernah naik kapal? Pernahkah kalian melihat sebuah benda berbentuk seperti ban dan berwarna orange dalam kapal? Nah.. Benda yang kalian lihat itu disebut Lifebuoy! Kalian pasti bertanya apa sebenarnya benda yang disebut dengan Lifebuoy ini? Mengapa setiap kapal harus memilikinya? Apa fungsinya dalam penyelamatan di air? Bagaimana cara pemakaiannya? Yuk, simak pembahasan berikut! 

A. Apa itu "Lifebuoy"? 

Lifebuoy (pelampung penolong) merupakan salah satu alat keselamatan jiwa perorangan yang berbentuk ring (bulat dengan lubang pada tengahnya), terbuat dari busa yang dilapisi kain atau fiberglass, sehinga dapat menahan tubuh seseorang sebesar 25% anggota tubuh diatas permukaan air. Lifebuoy digunakan dalam upaya evakuasi di perairan yang di desain untuk memberikan daya apung kepada diri penumpang dan ABK saat jatuh di perairan gunanya untuk mencegah korban tenggelam sementara menunggu pertolongan lebih lanjut. 

Lifebuoy ini sendiri memiliki nama lain diketahui yaitu life donut, life ring, ring buoy, kisby ring, dan perry buoy. Kebanyakan lifebuoy memiliki bentuk cincin atau berbentuk seperti tapal kuda dan memiliki tali penghubung agar korban dapat ditarik oleh tim penyelamat ke kapal atau tepian perairan. Lifebuoy tidak hanya terdapat di kapal, namun juga terdapat di pinggiran sungai, laut, dan danau. 

B. Jenis dan Bentuk Life Buoy 

Jika dilihat dari bentuknya dikenal 2 (dua) macam yaitu bentuk lingkaran dan bentuk tapal kuda. Lifebuoy berbentuk lingkaran banyak diperlukan di kapal karena lebih kuat dan praktis. Karena penggunaannya pelampung penolong itu harus dilemparkan, maka ia harus dibuat dari pada bahan yang ringan sekali. 

Jenis-jenis Lifebuoy sebagai berikut : 

Lifebuoy


Lifebuoy with line


Lifebuoy with light


Lifebuoy with light and smoke

C. Jumlah Lifebuoy di atas kapal

Lifebuoy (pelampung) di atas kapal berdasarkan aturan SOLAS bergantung pada panjang dan jenis kapal itu sendiri. Semua Lifebuoy ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dijangkau dengan cepat serta dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh diikat mati, diharapkan pelampung penolong akan terlepas sendiri dan mengapung jika kapal tenggelam. 

Jumlah lifebuoy untuk kapal penumpang berdasarkan SOLAS III/22.1 sebagai berikut : 

Tabel C.1 Jumlah Minimal Lifebuoy pada kapal penumpang

Jumlah Lifebuoy untuk kapal kargo berdasarkan SOLAS III/32.1 sebagai berikut : 

Tabel C.2 Jumlah Minimal Lifebuoy pada kapal kargo


D. Bagian Lifebuoy
  1. Sebuah Lifebuoy juga dilengkapi dengan tali pendek untuk mengikatkan lampu kalsium, baterai, dan lampu elektrik. 
  2. Lampu kalsium terdiri dari sebuah kaleng yang berisi karbit yang akan menyala sewaktu terkena air dengan sinar kuning serta mengeluarkan asap putih (untuk menunjukkan posisi pelampung saat malam hari). 
  3. Lampu kalsium ini mampu menyala dengan terang selama 40 menit dan lampu elektrik mampu menyala selama 8 jam. 
E. Masa kadaluarsa Lifebuoy

Tidak ada aturan khusus mengenai masa kadaluarsa Lifebuoy, namun inspeksi secara berkala wajib dilakukan. Periksalah kondisi fisik lifebuoy apakah masih dapat mengapung dengan baik, apalah ada tanda-tanda kerusakan seperti retak atau sobek. Selain itu, aksesoris lifebuoy seperti ring buoy light, man overboard dan tempat penyimpanan lifebuoy juga perlu diperiksa apakah masih berfungsi dengan baik. Jangan ragu untuk segera melakukan penggantian apabila ada kerusakan. 

F. Penempatan Lifebuoy di atas kapal : 
  1. Lifebuoy harus ditempatkan pada sisi-sisi terluar kapal di tempat yang terbuka dan mudah untuk dijangkau serta dapat dipindahkan setiap saat (not permanently secured in any way). 
  2. Sekurang-kurangnya 1 (satu) lifebuoy yang terdapat di sisi lambung kapal harus dilengkapi dengan buoyant lifeline
  3. Setengah dari total lifebuoy di kapal harus dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala (lifebuoy self igniting lights). 
  4. Sekurang-kurangnya 2 (dua) harus dilengkapi dengan asap semboyan (smoke signal) dan juga harus dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala secara otomatis saat terlepas dari bracketnya. Pelampung ini harus ditempatkan pada sisi kiri dan sisi kanan sayap anjungan. 
  5. Sekurang-kurangnya 1 (satu) harus ditempatkan pada haluan kapal, dimana harus dilengkapi dengan buoyant lifeline dengan panjang kurang llebih 30 m. 
  6. Yang diletakkan sisi kanan dan kiri tengah maindeck harus dilengkapi dengan lampu otomatis (self igniting light). 
  7. Sekurang-kurangnya 1 (satu) harus diletakkan di sisi belakang kapal yang harus dilengkapi tali dengan panjang kurang lebih 30 m. 

Gambar D.1 Penyimpanan Lifebuoy pada tempatnya agar dapat terlepas sendiri
Sumber : berbagai sumber


G. Perawatan Lifebuoy di atas kapal

Perawatan pelampung tidaklah sulit namun sekalipun cukup mudah bukan berarti harus diabaikan. Yang bertanggung jawab dalam perawatannya adalah mualim 3 (tiga) Third Officer sebagaimana officer yang harus bertanggung jawab atas alat-alat keselamatan di kapal. 
Berikut cara perawatan Lifebuoy:
  1. Pastikan Retro Reflective Tapes masih dalam keadaan bagus, jika sudah terkelupas ataupun tidak dapat lagi memantulkan cahaya dengan baik maka reflectivenya harus diganti. 
  2. Pastikan nama kapal dan nama tempat register (port of registry) tertulis dan dapat terbaca dengan jelas pada lifebuoy
  3. Pastikan tali (Grabline Secured) masih dalam kondisi yang kuat dengan diameter tali tidak boleh kurang dari 9,5 mm, serta panjang tali (Grabline Length) adalah 4 kali diameter luar dari Lifebuoy tersebut. Misalnya diameternya 800 mm maka panjang Grabline nya adalah 4 x 800 adalah 3200 mm. 
  4. Untuk pelampung yang disertai tali pastikan panjang talinya sesuai dengan aturan dalam SOLAS.
  5. Untuk yang disertai dengan lampu pastikan cahaya lampunya masih dapat berfungsi dengan baik dan sebaiknya periksa secara berkala termasuk tanggal expirednya. Lampu pada lifebuoy harus disertai dengan sertificatnya sebab beberapa inspektor ketika menginspeksi kapal akan memeriksa sertificat tersebut. 
  6. Pastikan berat Lifebuoy tersebut tidak kurang dari 2.5 kg, sedangkan lifebuoy untuk MOB beratnya harus di tidak boleh kurang dari 4,0 kg. 
  7. Pastikan semua pelampung yang ada di atas kapal memiliki sertifikat. 
  8. Pastikan warna badan masih terang yaitu orange for hight visibility

H. Persyaratan Lifebuoy

a) Persyaratan konstruksi Lifebuoy
  1. Memiliki diameter luar 800 mm dan diameter dalam 400 mm. 
  2. Terbuat dari material apung yang padat atau bahan lain yang sepadan yang diakui oleh pemerintah. 
  3. Harus dapat menyangga beban besi minimal seberat 14,5 kg dapat terapung di dalam air tawar selama 24 jam. 
  4. Memiliki massa lebih dari 2,5 kg. 
  5. Tidak terbakar walau terkurung / terkena api selama 2 detik. 
  6. Lifebuoy yang di lengkapi lampu dan isyarat asap harus memiliki masa minimal 4 kg. 
  7. Dilengkapi tali pegangan keamanan (grab line) dengan diameter minimal 9,5 mm dengan panjang tali 30 m atau 4 x diameter luar. 
  8. Tahan terhadap pengaruh minyak atau hasil-hasil minyak lainnya. 
  9. Mampu menahan benturan dengan air ketika dilemparkan dari ketinggian 30 meter, termasuk komponen pelengkapnya. 
  10. Mempunyai warna yang mudah dilihat dilaut, seperti diberi warna yang mencolok biasanya warna oranye atau merah untuk lifebuoy
  11. Nama kapal dan pelabuhan induk pada lifebuoy ditulis dengan hurus kapital guna menunjukkan kepemilikan adalah kapal yang tertulis tersebut. 
  12. Pelampung penolong yang diisi dengan rumput kering, sisa-sisa gabus atau yang daya apungnya tergantung dari ruangan udara yang perlu ditiup, tidak boleh digunakan. 
  13. Pelampung penolong boleh berbentuk lingkaran penuh atau tapal kuda (U). Untuk lingkaran dalam pelampung yang berbentuk lingkaran penuh paling sedikit 45 cm. Pelampung yang berbentuk tapal kuda harus diberi penguat sedemikian rupa sehingga bagian yang terbuka akan tetap berukuran 35-40 cm. 
b) Persyaratan lampu pada Lifebuoy
  1. Lampu lifebuoy dapat menyala secara otomatis (self igniting light) bila pelampung di jatuhkan ke laut. 
  2. Tetap menyala bila kena air
  3. Arah pancaran lampu keliling dan bila merupakan cerlang paling sedikit 50 cerlang / menit. 
  4. Lampu lifebuoy dapat bertahan nyala paling tidak 2 jam. 
  5. Di kapal tangker, battery harus dari bahan elektrik seperti baterai. 
c) Persyaratan Isyarat Isap : 
  1. Harus dapat beroperasi / aktif secara otomatis bila penumpang di jatuhkan ke laut
  2. Dilengkapi smoke signal yang mengeluarkan asap dengan warna mencolok selama paling sedikit 15 menit secara terus-menerus bila terapung. 
  3. Tetap mengeluarkan asap walaupun tertiup angin. 
  4. Tetap dapat bekerja walaupun terendam dalam air selama 10 detik. 
  5. Tidak rusak bila di jatuhkan dari ketinggian di mana pelampung di tempatkan. 
d) Persyaratan tali Lifebuoy
  1. Tidak mudah rapuh
  2. Memiliki diameter tidak kurang dari 0,8 cm 
  3. Memiliki kekuatan putus tidak kurang dari 5 kN (kN : Kilo Newton) 
  4. Dilengkapi dengan tali-tali pegangan yang diikat di sekeliling pelampung dengan kuat, dan pada sebuah kapal paling sedikit terdapat sebuah pelampung penolong, dilengkapi dengan tali buangan yang terapung dengan panjang minimal 27,5 m. 
e) Persyaratan tambahan Lifebuoy
  1. Ditempatkan sedemikian rupa sehingga siap untuk dipakai dan cepat tercapai tempatnya oleh setiap orang yang ada di kapal. Dua diantaranya dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis pada malam hari dan mengeluarkan asap secara otomatis pada waktu siang hari. 
  2. Cepat dapat dilepaskan, tak boleh diikat secara tetap dan cepat pula dilemparkan dari anjungan ke air. 
I. Cara penggunaan Lifebuoy di kapal : 

Pelampung penolong digunakan ketika berada di air. Posisi bahan dalam keadaan terlengtang ketika telah menggunakan pelampung penolong. Petunjuk penggunaan lifebuoy di air, sebagai berikut : 
  1. Berenanglah ke arah lifebuoy (pelampung penolong)
  2. Saat pelampung penolong berada dalam jangkauan (badan menghadap ke pelampung)
  3. Tekan sisi pelampung penolong pada bagian yang dekat dengan anda, menggunakan kedua tangan yang akan membuat sisi pelampung lainnya naik melewati kepala sehingga badan masuk ke lubang / lingkaran pelampung. 
  4. Apabila pelampung penolong dilengkapi dengan tali penyelamat, pastikan simpul tali penyelamat berada di belakang tubuh. Hal ini akan menyebabkan anda bergerak mundur saat tali penyelamat ditarik oleh penolong sehingga memudahkan dalam penarikan dan ombak yang datang dari arah belakang tidak langsung mengenai wajah. 
  5. Masukkan lengan tangan ke tali pegangan guna pengait pelampung agar tidak terlepas apabila terhempas ombak. 
  6. Pegang tali pegangan sebelah kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya untuk memperkuat kaitan terhadap pelampung penolong. 
  7. Dengan posisi terlentang bergeraklah mundur menggunakan kaki. 

Tujuan dari standar keselamatan ini adalah untuk mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan. Peralatan pelempar tali memiliki berbagai macam aplikasi, dan perhatian khusus yang harus diberikan untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dirawat dan dipelihara secara rutin. 

Referensi 

[1] https://tbmjanarduta.fkunud.com/trivia-122-life-buoy-donat-penyelamat-di-perairan/[ Accessed July 2022].

[2] https://www. karyapelaut.com/2022/01/berat-dan-jumlah-lifebuoy-yang-ada-di.html [Accessed July 2022].

[3] http://kapal-cargo.blogspot.com/2010/07/pelampung-penolong-life-buoy.html [Accessed July 2022].

[4]https://nauticalpha.wordpress.com/2018/10/13/rangkuman-tentang-solas-chapter-iii-life-saving-appliance/ [Accessed July 2022].

[5] https://www.kapaldanlogistik.com/2021/03/safety-equipment-alat-keselamatan-di.html/[Accessed July 2022]. 

[6] https://jpe-pencerahan.blogspot.com/2009/11/regulasi-solas.html?m=1 [Accessed July 2022]. 

[7] https://gumbalid.weebly.com/home/mengenal-life-buoy-pelampung-penolong-yang-ada-di-atas-kapal [Accessed July 2022]. 

[8] http://www.seputarpelaut.website/2018/03/penggunaan-tiap-tiap-jenis-alat.html?m=1 [Accessed July 2022]. 


Tuesday, July 12, 2022

Apa Itu Pyrotechnics Roket Parachute Flare, Hand Flares, and Buoyant Smoke Signal?

Hallo KawanLaut!

Kalian tau gak apa itu Pyrotechnics? Pyrotechnics adalah ilmu menggunakan bahan yang mampu menjalani reaksi kimia eksotermik mandiri dan mandiri untuk produksi panas, cahaya, gas, asap dan / atau suara. Digunakan dalam situasi darurat yang eksterm, Pyrotechnics ini disediakan di atas kapal untuk menarik perhatian / menginformasikan kapal dalam jangkauan sehingga dapat mencari bantuan dan mendapatkan bantuan dari kapal lain untuk proses penyelamatan. Pada dasarnya, ini adalah metode visual untuk mengirim sinyal SOS. Pyrotechnics ini digunakan pada saat keadaan darurat yang disebutkan dalam Annex 4 of COLREGs. 

Dalam peristiwa yang tidak menguntungkan (seperti situasi 'kapal yang ditinggalkan') di mana kapal sendiri tidak dapat diselamatkan, Pyrotechnics dapat menjadi salah satu pilihan terakhir untuk kelangsungan hidup dan penyelamatan personel kapal di laut. Representasi bergambar untuk penggunaan di laut ditampilkan pada sampul masing-masing unit yang disebutkan di bawah ini. 

Peletakan Pyrotechnics di atas kapal (dalam catatan persyaratan pengangkutan minimum sesuai SOLAS) 

1. Bridge (Anjungan Kapal)

  • Hand Flares (6 item) 
  • Rocket Parachute Flares (12 item) 
  • Buoyant smoke signal ( 2 item; 1 tiap sisi, port side dan starboard side) 
  • Line throwing appliance (minimal 1) 
2. Lifeboat 
  • Hand Flares (6 item) 
  • Rocket Parachute Flares (4 item) 
  • Buoyant smoke signal (2 item) 
Berbagai jenis Pyrotechnics yang ada di atas kapal : 

1. Hand Flare 

Hand Flare adalah tongkat silinder kecil yang ketika diaktifkan, menghasilkan asap merah yang intens atau cahaya tanpa ledakan. Harus ditahan di luar angin saat diaktifkan. Dapat digunakan pada siang dan malam hari. 


Gambar 1. Contoh Hand Flare


2. Rocket Parachute Flare

Seperti namanya, peralatan ini dirancang untuk menembakkan satu bintang merah hingga ketinggian sekitar 300 m; suar ini, diluncurkan pada ketinggian minimum 300m di udara, mengaktifkan sendiri untuk menghasilkan asap merah yang intens. Parasut terbuka dan mengurangi laju penurunan yang memberi lebih banyak waktu pada suar untuk teteap berada di ketinggian dan untuk memberikan padangan yang jelas ke kapal atau bantuan terdekat. 


Gambar 2. Contoh Rocket Parachute Flare


3. Buoyant Smoke Signals 

Peralatan teknologi pyro ini disimpan dalam wadah dengan sifat apung sehingga dapat mengapung di permukaan air untuk menandakan situasi marabahaya. Sebagian besar untuk digunakan pada siang hari, ini dapat menunjukkan posisi marabahaya dengan asap oranye terang serta untuk menentukan arah angin untuk penyelamatan. 


Gambar 3. Contoh Buoyant Smoke Signals

4. Line Throwing Appliances 

Alat pelempar garis bukanlah peralatan pensinyalan marabahaya, tetapi peralatan penangkal dalam situasi darurat. Ini digunakan agar koneksi dibuat dalam hal garis yang kuat antara kapal yang mengalami keadaan darurat dan kapal yang aman (untuk membuat jembatan) untuk melewati jalur penarik atau jenis bantuan lain. 


Gambar 4. Contoh Line Throwing Appliances


Pemeliharaan dan pembuangan Pyrotechnics 

  1. Semua Pyrotechnics harus disimpan dalam penyimpanan yang aman dengan kasing ditutup dengan benar. Ini sangat penting setelah pengarahan keselamatan kepada personel di atas kapal sehubungan dengan penggunaan Pyrotechnics. 
  2. Jauhkan Flare dari bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar dan simpan di tempat kering yang mudah diakses. 
  3. Melakukan pekerjaan pemeliharaan (pembersihan, pemeriksaan tanggal kadaluwarsa dll) setiap minggu maupun bulanan sesuai jadwal pemeliharaan LSA kapal seperti yang diinstruksikan berdasarkan persyaratan ISM perusahaan. 
  4. Dalam hal berakhirnya masa berlaku Pyrotechnics di laut, Pyrotechnics dibuang ke entitas yang berwenang di pelabuhan. Jangan membuangnya ke laut atau menggunakannya setelah kadaluwarsa; menjadi produk yang menghasilkan eksotermik, penggunaan setelah kadaluwarsa bisa berisiko. 

Monday, July 11, 2022

Apa sih Immersion Suits And Anti Exposure Suits?

Hallo KawanLaut! Kalian tau Immersion Suit gaksih? kali ini kita akan membahas tentang Immersion Suits and Anti Exposure Suits, mungkin KawanLaut pernah mendengar atau pernah sedikit membaca sebelumnya tentang alat keselamatan ini? yuk sama-sama kita bahas tentang Immersion Suits and Anti Exposure Suits yuk.. 

Pada Tahun 1912 pernah terjadi sebuah tragedi yang cukup memilukan, pastinya Kawan Laut sudah tidak asing lagi mendengar kata "Titanic", sebuah tragedi yang dikemas menjadi sebuah film pada Tahun 1997, dimana didalamnya menceritakan tentang kecelakaan sebuah kapal penumpang suber Britania Raya yang tenggelam di Samudra Atlantik Utara setelah menabrak sebuah gunung es pada pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris ke New York, Amerika Serikat yang mengakibatkan kematian sebanyak 1.514 orang. 

Meski Titanic mempunyai perlengkapan keamanan yang maju pada masanya seperti kompartemen kedeap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak jauh, tetapi tetap saja tidak bisa dipungkiri bahwa tabrakan yang menggesek ini mengakibatkan pelat lambung Kapal Titanic melengkung ke dalam di sejumlah tempat di sisi kanan kapal dan mengoyak lima dari enam belas kompartemen kedap airnya. Selama dua setengah jam selanjutnya, kapal perlahan terisi air kemudian patah dan haluannya tenggelam bersama seribu penumpang di dalamnya. Orang-prang yang terjatuh ke dalam air meninggal dalam hitungan menit akibat hipotermia karena bersentuhan langsung dengan air di samudra yang sangat dingin, 

Kawan Laut tahukah kalian bahwa perkembangan teknologi di dunia sudah terjadi sejak abad ke-20 atau lebih tepatnya pada saat terjadinya Perang Dunia II. Dan hal tersebut terus berkembang hingga sekarang di masa modern seperti ini. Perkembangan teknologi sendiri tentu memberikan banyak manfaat bagi manusia khususnya memudahkan aktivitas dan pekerjaan. 

Kawan Laut, pasti pernah memegang bongkahan es batu yang ada di dalam kulkas kan? Bagaimana rasanya? Dingin kan? Rata-rata suhu tubuh manusia normal adalah berkisar antara 36.5 sampai 37.5°C, karena perubahan tersebut merupakan kondisi fisiologis yang normal. Akan tetapi, suhu tubuh juga dapat meningkat akibat adanya perbedaan suhu lingkungan dan kelembapan udara yang relatif tinggi. Belajar dari kisah Titanic, ketika perkembangan teknologi semakin berkembang terciptalah sebuah alat keselamatan diatas kapal yang dinamakan Immersion Suits and Anti Exposure Suits, dimana keduanya mempunyai fungsi yang hampir sama, namun ada sedikit perbedaan dimana anti-exposure suit haruslah memiliki gaya apung 70 Newton. 

Berdasarkan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut atau The International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), di atas kapal wajib tersedia alat keselamatan kapal berupa life personal saving (alat keselamatan diri individu) salah satunya adalah Immersion Suit. 




Gambar 1. Bentuk Alat Keselamatan Jiwa Immersion Suits And Anti Exposure Suits


Immersion suit adalah pakaian khusus yang dapat membuat penggunanya tetap mengapung di atas permukaan laut. Bentuknya seperti baju selam, akan tetapi dengan ukuran yang lebih longgar dan tebal karena terdiri dari beberapa lapisan. Baju khusus ini juga sering disebut dengan survival suit atau pakaian cebur, atau baju pelindung dari suhu panas ataupun dingin, karena alat keselamatan kapal yang satu ini juga dapat menjaga suhu tubuh pemakainya agar tetap hangat. Karena itu survival suit ini tahan terhadap suhu ekstrim dan da[at menjaga pemakainya agar tidak hipotermia. Sedangkan Anti Exposure Suit adalah pakaian pelindung yang didesain untuk digunakan pada saat penyelamatan dengan rescue boat dan marine evacuation parties. 


Gambar 2. Detail Bagian dari Immersion Suits and Anti Exposure Suits

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan alat keselamatan yang satu ini, dimana alat tersebut harus sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan oleh masing-masing Negara yang berdasarkan kepada Life Saving Appliances (LSA) Code, Safety of Life at Sea (SOLAS) dan International Maritime Organization (IMO), sedangkan di Indonesia sendiri banyak persyaratan yang mengatur tentang standar yang diberikan kepada Alat Keselamatan Jiwa Immersion Suits and Anti Exposure Suits dan persyaratan tersebut tak lepas dari pengujian yang dilakukan untuk mengetahui standar penggunaan sebelum Alat Keselamatan Jiwa Immersion Suits and Anti Exposure Suits beredar di pasaran. 

Gambar 3. Prosedur Pengujian

KESIMPULAN

Immersion Suits and Anti Exposure Suits sangat penting keberadaannya di atas kapal, hal tersebut dapat terlihat karena sudah menjadi standar dan persyaratan mutlak yang mengacu pada Life Saving Appliances (LSA) Code, Safety of Life at Sea (SOLAS) dan International Maritime Organization (IMO). Pada saat terjadi kecelakaan kapal Immersion Suits and Anti Exposure Suits sangatlah berguna untuk kru dan penumpang kapal demi keselamatan jiwa pada setiap individu untuk mencegah terjadinya hipotermia akibat pengaruh dinginnya suhu air dilautan. Service rutin yang dilakukan secara berkalapun menjadi hal penting untuk masa pakai alat keselamatan jiwa tersebut, dan pengujian pada saat sebelum alat tersebut beredar di pasaran menjadi point utama yang harus dilakukan di setiap Negara demi menjamin alat keselamatan jiwa yang dimaksud dapat berfungsi dengan baik. 


REFERENSI 

[1] Ali, G. S (2010). (7) Adaptasi-Suhu-Tubuh-Terhadap-Latihan. Jurnal Olahraga Prestasi, 6(2), 123-134.

[2] Brooks, C. J. (2008). Immersion Suits : Their Development. Survival at Sea For Mariners Aviators and Search and Rescure Personel, 1-14. 

[3] Easa, F. R (n.d.). CIMSCY Crew Immersion Suits Conspicuity

[4] For, G., Testing, P., Immersion, O. F., Seamsclosures, S.S., Maritime, T., Committee, S., Design, S., & Governments, M. (2004). I:\circ\msc\1114.doc. 1-4.

[5] IMO. (2009). SOLAS- International Convention for the Safety of Life at Sea, 1-910. http://www.mar.ist.utl.pt/mventura/Projecto-Novios-I/IMO-Conventions (copies)/ SOLAS.pdf










Sunday, July 10, 2022

Apa itu Pengujian Marine Evacuation System?

Hallo KawanLaut!, kalian tau gak sih apa itu Pengujian Marine Evacuation System ?

Definisi Marine Evacuation System adalah perangkat penyelamat jiwa yang banyak terdapat pada kapal penumpang modern, yang terdiri dari seluncuran tiup atau sebuah saluran yang dapat digunakan untuk mengevakuasi penumpang langsung ke rakit penolong. 

Tujuan Marine Evacuation System adalah untuk mengevakuasi jumlah penumpang maksimum dengan aman dalam waktu yang minimum. Dengan begitu pentingnya alat ini maka diperlukan suatu pengujian agar alat ini dapat berfungsi dengan baik, untuk itu ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan di dalam pengujian alat ini. Berikut akan kami informasikan jenis pengujian seperti apa saja yang di lakukan. 


Uji Material - Uji Tarik

A. Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strenght Test

  • Kekuatan tarik harus minimum 2.25 N/50 mm lebar untuk lungsin dan pakan
  • Perpanjangan maksimum harus 30% di atas panjang pengukur 200 mm, perpanjangan harus dinyatakan sebagai presentase dari panjang uji awal antara rahang. 
  • Jika dua lapisan kain lantai disediakan untuk membentuk lantai tiup, lantai utama harus seperti yang ditentukan.
  • Lappisan dalam / luar dapat memiliki kekuatan tarik minimum 1.470 N / 50 mm lebar dalam arah lungsin dan pakan. 

Peralatan Pengujian 

  1. Standar ISO masing-masing alat 
  2. Contoh perlengkapan kapal yang akan diuji (MES) 


Uji Material - Uji Kekuatan Sobek 

B. Uji Kekuatan Sobek (Tear Strength Test

  • Dari sampel uji, potong tiga spesimen masing-masing dalam arah lungsin dan pakan
  • Genggam spesimen yang diuji dengan aman dan merata di sepanjang genggaman, dimana harus terpisah sepanjang 200 mm, sehingga panjang spesimen mendekati arah tarikan. 
  • Jika dua lapisan kain lantai disediakan untuk membentuk lantai tiup, lantai utama harus seperti yang ditentukan.
  • Lapisan dalam / luar dapat memiliki kekuatan tarik minimum 1.470 N / 50 mm lebar dalam arah lungsin dan pakan. 
  • Beban maksimum yang dipertahankan dicatat sebagai kekuatan sobek luka (wound tear strength, dan rara-rata untuk ketiga spesimen dihitung. 

Kriteria Penerimaan : 

  1. Kekuatan sobek minimum harus 1.030 N. dalam arah lungsin dan pakan. 
  2. Lapisan dalam / luar mungkinkan untuk memiliki kekuatan sobek minimum 735 N dalam arah lungsin dan pakan. 

Peralatan Pengujian

  1. Standar ISO masing-masing alat
  2. Contoh perlengkapan kapal yang akan diuji (MES)


Uji Material - Daya Penerimaan Permukaan dan Adhesi Lapisan Permukaan 

C. Daya Penerimaan Permukaan dan Adhesi Lapisan Permukaan

  • Setiap permukaan yang dilapisi harus diuji. Spesimen harus dibuat seperti pada ISO 2411:2000 tentang ikatan like- coated face dalam bagian like - coated face. 
  • Ikatan yang digunakan dan metode aplikasi harus disepakati antara pabrikan liferaft dan pabrikan kain, dan harus sama dengan yang digunakan dalam pembuatan liferaft. 
  • Pada setiap spesimen uji, ikatan antara perekat atau weld dan dengan pelapis harus diukur pada awalnya untuk menentukan kemampuan penerimaan permukaan. 
  • Adhesi lapisan ke tekstil dasar kemudian diukur dengan cara memotong satu lapisan pelapis (coat) untuk memulai mode pemisahan yang diperlukan. 
  • Adhesi lapisan pada tekstil dasar, spesimen harus direndam selama 24 jam dalam larutan natrium klorida cair 3% pada suhu 20 ± 2°C. Pada akhir perode pencelupan spesimen harus dikeluarkan dari larutan. 

Kriteria penerimaan 

  1. Kemampuan penerimaan permukaan pada kedua sisi tidak boleh kurang dari 75 N / 50 mm lebar
  2. Adhesi lapisan permukaan kering diperlukan minimal 75 N / 50 mm. 
  3. Adhesi lapisan permukaan basah diperlukan minimum 50 N / 50 mm. 

Peralatan Pengujian 

  1. Standar ISO masing-masing alat
  2. Contoh perlengkapan kapal yang akan diuji (MES) 


Uji Material 

1. Lenturan pada Suhu Rendah 

  • Suhu tidak lebih tinggi dari - 50°C. Harus ada enam spesimen uji, tiga potong dengan sisi panjang sejajar denganlungsin dan tiga potong dengan sisi panjang sejajar dengan arah pakan. 
  • Saat diuji pada suhu rendah yang ditentukan tidak boleh ada spesimen yang menunjukan retakan.

2. Flex Cracking 

  • Setelah spesimen dikondisikan dengan memaparkan permukaan luar pada larutan natrium klorida cair 3% selama tujuh hari pada 20 ± 2°C, dilakukan pengujian sesuai ISO 7854:1995. 
  • Setelah 200.000 pelenturan, tidak ada retakan atau delaminasi yang boleh terlihat saat diperiksa dengan faktor pembesaran 2 kali lipat. 

3. Porositas 

  • Diuji dengan metode yang ditentukan di bawah ini dan dengan tekanan 27,5 kPa diteraokan dan dijaga pada kain. 
  • Seharusnya tidak ada tanda-tanda kebocoran selama periode minimum 5 menit. 

4. Resitensi terhadap minyak 

  • Diuji selama 2 jam pada 20 ± 2°C, tidak boleh ada pemisahan lapisan dari tekstil dan tidak ada kelekatan residu saat dua wajah yang terbuka ditekan bersama. 
  • Tes harus dilakukan tidak kurang dari 16 jam setelahnya vulkanisasi atau penyembuhan. 

5. Distorsi Pakan 

  • Sebuah garis harus ditarik melintasi kain di sudut kanan ke tepi tenunan yang dianyam. 
  • Distorsi tidak boleh lebih dari yang setara maksimum 100 mm di atas lebar kain 1,5 m. 

6. Resitensi terhadap pemblokiran 

  • Kain harus menunjukan tidak ada pemblokiran. 


Uji Material - Alternatif Resistensi Ultra Violet 

E. Alternatif Resistensi Ultra Violet 

  • Spesimen harus diekspos dalam kondisi siklus gelap dan siklus cahaya, dengan menggunakan peralatan Xenon Arx berpendingin air dengan pendingin terkendali untuk total waktu paparan 150 jam. 
  • Setelah pemaparan, dilakukan uji tarik kembali untuk menguji hasil penuaan. 
  • Dilakukan pemeriksaan visual.
  • Perbedaan dari uji Resistensi UV adalah pada tipe busurnya, yaitu Xenon Arc.

Kriteria Penerimaan 

  1. Kekuatan tarik harus tidak kurang dari 90% dari kekuatan tarik asli sebelum terjadi penuaan dikarenakan waktu. 
  2. Tidak boleh ada retakan. 

Kenalan dengan Bahan Insulasi berdasarkan A dan B Class !

Hallo Kawanlaut ! sekarang kita kenalan yuk, dengan apa itu Bahan Insulasi? Insulasi Kelas A terdiri dari bahan seperti kapas, sutra, dan ke...